Madu Hutan Asli Sulawesi (P-IRT: 2097371010029-25)
Baznas Bulukumba mengadakan pelatihan pemasaran dan pengelolaan lebah madu menghadirkan owner kedai madu sulawesi di Dusun Tabuakkang Desa Kahayya Kec. Kindang Kab. Bulukumba. Selasa, 12 Januari 2021.

Pelatihan ini sengaja dikemas secara non-formal yang ditempatkan di rumah salah satu warga karena warga sekitar terkadang canggung dan tidak mau hadir jika pertemuan dilakukan secara formal.

Salah satu tujuan melakukan pelatihan hari ini dengan menghadirkan Owner Kedai Madu Sulawesi sebagai narasumber yakni untuk memberikan penguatan kepada petani mulai dari proses pengolahan sampai pada tahap pemasaran.

Pelatihan ini dhadiri oleh kelompok tani madu yang baru saja dibentuk oleh Baznas yang terdiri dari 20 orang anggota. Salah satu alasan dibentuknya kelompok petani madu, mengingat potensi madu di Desa Kahayaa sangat besar  dengan kondisi alam yang memungkinkan berada dipuncak dengan ketinggian 1400 MGPL yang dikelilingi oleh hutan berlantara.

“Hanya saja potensi madu disini belum mampu memberikan efek terhadap peningkatan ekonomi warga sekitar, sehingga dengan terbentuknya kelompok tani madu diharapkan bisa menjadi wadah bagi petani sekitar untuk bisa memaksimalkan potensi madu di Desa kahayya. Selain itu, melalui kelompok tani ini kita juga akan mencoba untuk mengembangkan peternakan lebah agar kedepan peternakan lebah disini bisa menjadi tambahan wahana agrowisata di Desa Kahayya”. Ucap Basmawati Haris atau sering disapa Basma penanggung jawab program di Desa Kahayya

Bersama Kelompok Tani Madu Kahayya. Photo: Kedai Madu Sulawesi
Dalam pelatihan ini ada beberapa materi yang didapatkan oleh petani diantaranya memberikan penjelasan dan gambaran tentang manfaat madu secara umum agar warga sekitar tidak hanya fokus untuk menjual madu namun diharapkan untuk bisa mengkonsumsi madu secara rutin. Hal ini sejalan dengan visi Kedai Madu Sulawesi untuk membudayakan konsumsi madu di masyarakat. Karena konsumsi madu di masyarakat masih sangat rendah yakni sekitar 15gram pertahun dibandingkan dengan penduduk di negara-negara lain seperti Jepang atau negara-negara di Eropa yang mengkonsumsi madu rata-rata 1500gram pertahun.

Selain itu, petani juga diberi penguatan dalam hal pengelolaan madu agar kualitasnya terjaga. Diantaranya : Cara memanen madu, cara menguji keaslian madu, serta mengukur kadar air yang terkandung dalam madu dengan menggunakan refraktometer madu hingga pada tahap strategi pemasaran.

Salah satu kegelisahan petani madu disini yang menjadi kendala utama yang dihadapi yakni karena banyaknya pelanggan yang komplen terkait madu yang dihasilkan dari Desa ini karena jika disimpan lama maka terkstur akan berubah dan mengkristal dalam botol. Narasumber pun meluruskan dan memberikan penguatan kepada para petani “ mengkristal tidaknya madu itu tidak bisa menjadi tolak ukur keaslian madu. Karena proses mengkristalnya madu bisa disebabkan oleh beberapa hal diantaranya : jika kandungan glukosa lebih tinggi daripada fruktosa, adanya pengaruh partikel-partikel yang terkandung didalamnya seperti : kristal polien, propolis, serta serpihan lilin lebah, dll. Namun kunci utama kealian madu ada pada petani selama kita mau jujur mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan.

Fenomena mengkristalnya madu yang dihasilkan dari Desa Kahayya akan menjadi nilai pembeda dari produk lain di pasaran sehingga ini bisa menjadi salah satu keunggulan dari madu yang berasal dari Desa Kahayya. Tutur Akbar Alimuddin Owner dari Kedai Madu Sulawesi. 

Termuat di Tribun edisi 13 Januari 2021

Share